COP28 Dubai 2023: Isu, perdebatan dan Hasil

COP28 adalah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) iklim PBB tahunan ke-28 yang diadakan di Dubai, Uni Emirat Arab, dari tanggal 30 November hingga 12 Desember 2023. 

Permasalahan yang dihadapi

Tujuan utama KTT ini adalah untuk menilai kemajuan dan meningkatkan ambisi negara-negara dalam mencapai target Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2°C dan mengupayakan cara untuk membatasinya hingga 1,5°C. KTT ini juga diharapkan dapat mengatasi permasalahan pendanaan iklim, transisi energi, dan solusi berbasis alam.

Salah satu isu utama di COP28 adalah masa depan bahan bakar fosil, khususnya minyak dan gas, yang merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca. 

Uni Emirat Arab, sebagai negara tuan rumah dan salah satu produsen minyak terbesar dunia, menghadapi kritik atas rencananya untuk memperluas kapasitas produksi minyaknya dan menggunakan perannya sebagai presiden COP untuk mencapai kesepakatan minyak dan gas. 

Sekelompok 130 perusahaan besar, bersama dengan beberapa organisasi masyarakat sipil dan aktivis, menyerukan batas waktu untuk mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil. Mereka mendesak negara-negara terkaya untuk berkomitmen untuk memiliki 100% pasokan listrik yang terdekarbonisasi pada tahun 2035.

Permasalahan lainnya adalah penyaluran pendanaan iklim dari negara maju ke negara berkembang, yang lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim dan memerlukan dukungan untuk beradaptasi dan melakukan mitigasi. 

Perjanjian Paris (Paris Agreement) 2015 menjanjikan $100 miliar per tahun pada tahun 2020. Namun target ini tidak terpenuhi dan kesenjangan antara kebutuhan dan janji semakin melebar. 

COP28 bertujuan untuk memobilisasi lebih banyak dana dan menyepakati kesepakatan baru untuk negara-negara berkembang, terutama negara-negara kepulauan kecil dan negara-negara kurang berkembang, yang menghadapi ancaman nyata berupa kenaikan permukaan laut dan kejadian cuaca ekstrem.

Hasil COP28: Deklarasi Dubai

Hasil COP28 beragam, karena beberapa negara menunjukkan kepemimpinan dan mengumumkan tindakan yang lebih ambisius dan konkrit, sementara negara lain masih enggan atau menolak perubahan.

KTT tersebut mengadopsi Deklarasi Dubai, yang menegaskan kembali komitmen terhadap Perjanjian Paris dan tujuan 1,5°C, serta mendesak semua pihak untuk memperbarui dan menerapkan kontribusi yang ditentukan secara nasional (nationally determined contributions/NDC) pada tahun 2025. 

Deklarasi ini juga mengakui pentingnya solusi berbasis alam, seperti konservasi dan restorasi hutan, dan perlunya transisi energi yang adil dan inklusif tanpa meninggalkan siapa pun. 

Namun, deklarasi tersebut tidak mencantumkan target atau batas waktu spesifik apa pun untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap, dan juga tidak menyelesaikan masalah pendanaan iklim, yang ditunda hingga COP berikutnya pada tahun 2024.

COP28 adalah momen penting bagi aksi iklim global, karena COP28 memberikan gambaran nyata mengenai sejauh mana kemajuan dunia dan seberapa banyak lagi yang perlu dilakukan untuk menghindari konsekuensi terburuk perubahan iklim. 

KTT tersebut menunjukkan bahwa meskipun sejumlah kemajuan telah dicapai, hal tersebut belum cukup dan peluang yang ada semakin menyempit. Tantangan bagi COP berikutnya adalah menerjemahkan kata-kata menjadi tindakan dan memastikan bahwa janji-janji tersebut ditepati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Etnografi Borneo: Membangun Pemahaman tentang Keberagaman Kalimantan

Argumen antropologis pentingnya warga Balik dan Paser di IKN tetap hidup berkomunitas

IKN benar-benar inklusif? Ultimatum pembongkaran rumah warga asli indikasi ada yang akan disingkirkan

Speedboat ke pedalaman Mahakam

Speedboat ke pedalaman Mahakam
Martinus Nanang di dermaga Samarinda Ilir