Rumpun Dayak ini pernah punya usulan nama IKN dan gedung-gedung penting
Telah muncul beberapa usulan mengenai nama ibu kota negara (IKN) yang baru di Kalimantan. Salah satunya disampaikan oleh Aliansi Ormas Daerah Kaltim (AORDA) beberapa waktu lalu. Kami berpandangan bahwa nama sebuah ibu kota negara sangatlah penting dan harus berakar dalam sejarah dan kebudayaan yang ada di nusantara. Dalam hal ini kebudayaan masyarakat sekitar IKN, sejauh tidak bertentangan dengan nilai keindonesiaan, perlu mendapat pertimbangan khusus. Maka kami dari Rumpun Dayak Luangaan, yang terdiri dari lebih 20an sub-suku mengajukan usulan nama IKN kepada Presiden RI.
Apa itu Rumpun
Dayak Luangaan?
![]() |
Titik Nol IKN (Foto: Maru-Maru) |
Lokasi IKN baru di Kalimantan terletak di kawasan asli orang Luangaan. Etnik Paser, khususnya orang Balik, adalah penghuni asli
daerah tersebut secara turun temurun. Karena itu, sambil berharap bahwa
eksistensi, identitas, tradisi dan
kebudayaan tetap dihargai dan menjadi bagian dari kebudayaan nasional, Kaum Luangaan mengajukan nama untuk IKN dan gedung-gedung pemerintah.
Usulan nama Ibu
Kota Negara
Kami
mengusulkan tiga nama untuk IKN. Setiap nama yang disusulkan di sini mengandung
falsafah dan nilai keindonesiaan dengan tidak meninggalkan nilai lokalitasnya,
sehingga akan memberikan kebanggaan bagi warga lokal.
Alternatif 1: REGAATN TATAAU
“Regaatn Tataau” yang sebutan lengkapnya Luangan
Regaatn Tataau adalah kawasan beberapa kerajaan dari Suku Luangaan yang
letaknya disekitar perbatasan Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan
Kalimantan Selatan. Kata “Luangaan” mengandung arti ruang lingkup atau wilayah,
sedangkan “Regaatn Tataau” dalam terminologi sekarang dapat diartikan sebagai “kerajaan”
atau “kekaisaran”. Jadi Luangaan Regaatn Tataau mengandung arti wilayah tempat
seorang pemimpin besar berkedudukan.
Dalam mitologi Luangan, Kerajaan Luangaan
Regaatn Tataau pernah menempa gong genikng raksasa yang digunakan
sebagai singgasana rajanya. Singgasana tersebut hanya digunakan ketika seorang
raja melaksanakan upacara yang sangat istimewa. Suara gong tersebut dikabarkan sangat nyaring sehingga mampu menjangkau seluruh wilayah
kerajaan, sehingga gong tersebut diberi gelar regaatn
tataau liaeekng turu tingkutn witu. Gong genikng tersebut hanya dapat
dibunyikan apabila kerajaan dalam keadaan darurat atau membutuhkan bantuan
warga kerajaan hingga ke pelosok-pelosok. Hingga saat ini Dayak Luangaan
Regaatn Tataau menggunakan nama Regaatn Tataau sebagai gelar dari gong genikng.
Di wilayah kawasan Luangaan Regaatn Tataau terdapat sembilan kerajaan berikut:
- Kerajaan Bawo Tengkootn Balaai yang dipimpin oleh Tataau Radetn Gadikng yang didampingi sang istri bernama Ayaakng Rewaa' Liaakng.
- Kerajaan Tenukng Kenyerau yang pertama kali dipimpin oleh Siluq dan selanjutnya diganti oleh kakaknya yang bernama Ayus.
- Kerajaan Dano Riookng Olo yang dipimpin Datu Tuo dan istrinya bernama Dara.
- Kerajaan Tenukng Beremau' yang dipimpin oleh Kilip.
- Kerajaan Tanyukng Lahukng yang dipimpin oleh Aji dan Delooi kemudian diganti oleh putra sulung mereka yang bernama Nalaau.
- Kerajaan Dataai Berentiwaak yang dipimpin Tataau Mukng Batuq dan istrinya Mayaang Silaar (Lihat nomor 8).
- Kerajaan Aput Pereraweetn yang dipimpin Beriu Nempur dan adiknya yang bernama Belikaar Tana.
- Kerajaan Juaaq Lawe Bulaau Yang Kemudian Menjadi Tanyukng Ruaakng Dataai Lino yang dipimpin oleh Tataau Mukng Batuq; istrinya bernama Mayaang Silaar.
- Kerajaan Bawo Bumut Layaakng yang dipimpin oleh Tataau Jaraakng Tuhaaq dengan saudara-saudaranya, yaitu: Gelu' Remunutn Ronuu', Umaar Bulaau, Ketieetn, Ayaakng Silaar Puya, Empuraatn Keokng, Puya Inee' Deke', Ayaakng Siangkitn Puti, Ayaakng Mengkutn Jautn, Ayaakng Rimaan Jautn dan Ayaakng Tentaakng Suli', serta empat orang Istrinya, yaitu: Benus, Ngilaakng, Sesaap Sulii' dan Panii'.
Dari latar belakang tersebut Kaum Luangaan mengusulkan nama “Regaatn Tatau”
untuk menunjukkan bawa IKN adalah sebuah kawasan yang amat penting, tempat
seorang pemimpin berkedudukan dan menjalankan pemerintahan bersama-sama dengan
perangkat pemerintahannya. Kata “Luangaan” (dari Luangaan Regaatn Tatau)
tidak dimasukkan dalam nama untuk menghindari konotasi etnosentris dan untuk
mempersingkat nama.
Alternatif 2: DATAAI LINO
Kerajaan yang paling terkenal dalam sejarah Luangaan Regaatn Tataau
adalah Kerajaan “Tanyukng Ruaakng Dataai Lino”. Kerajaan ini adalah pemukiman baru
yang merupakan pindahan dari
Kerajaan Dataai Berentiwaak yang pada waktu itu lingkungannya dianggap tidak
layak lagi dijadikan istana kerajaan.
Warga Dataai Berentiwaak mencoba mencari area yang tepat untuk dijadikan
area kerajaan yang baru. Mereka berangkat dengan membawa perbekalan yang cukup seperti tombak, parang
serta anjing. Perjalanan dimulai dari halaman lamin atau lou (rumah panjang kolektif) melewati rumpun bunga, lalu melintasi
kebun buah-buahan simpukng munaan. Semakin lama
semakin jauh perjalanannya, melewati sungai Barito Witu dengan gelar Rangaaq Karukng, kemudian melewati sungai Teweh (Tiwai) dengan gelar Jiuutn Kukut (air liur).
Lama sudah perjalanan itu, namun Tuwayaatn Taakng
belum menemukan seekor binatang buruan pun ddan tempat
yang cocok untuk areal perkampungan. Perjalanan pun diteruskan
semakin ke hulu, dan akhirnya sampailah ia ke sebuah anak sungai yang airnya jernih
dengan ikan-ikan yang dapat dilihat. Di sebelah kiri dan kanan sungai tersebut
terdapat lembah yang luas. Ketika hari telah petang, dia memutuskan bermalam di
tempat itu. Pagi hari sebelum pulang ia menyempatkan diri untuk melihat-lihat
keadaan di dataran itu. Di sana dia melihat sebuah dataran yang amat sangat
luas.
Warga bergotong-royong membuat ladang terlebih dahulu. Hasil penebangan kayu juga dikumpulkan sebagai bahan bangunan lamin. Sambil menunggu
padi tumbuh, proses pembangunan lamin mulai dilaksanakan. Mereka bergotong-royong mengumpulkan kayu-kayu dari ladang untuk dijadikan bahan bangunan.
Setelah beberapa bulan, tiba saatnya panen padi. Mereka pun memotong padi
sambil tetap melanjutkan membangun lamin dengan ukuran delapan bilik (walo olaakng). Dan lamin impian mereka pun telah berdiri
sebagai sebuah hasil dari semangat gotong royong dan kerja keras.
Lamin baru itu diresmikan dengan ritual pesengkeet puaas utaas dan ngelengoot. Nama Kampung yang semula bernama Juaaq Lawe Bulaau pun diubah menjadi
Tanyukng Ruaakng Dataai Lino. Tanyukng berarti Tanjung, ruaakng berarti kembar, dataai berarti dataran dan lino berarti
keberuntungan. Maka nama Tanyukng Ruaakng Dataai Lino mengandung arti daerah
tanjung kembar yang memiliki dataran
yang membawa berkah. Kerajaan Tanyukng Ruaakng Dataai Lino diyakini terletak di Kawasan Kecamatan Bentian Besar Kampung
Dilang puti, Kutai Barat, saat ini.
Ceritera pencarian lokasi kerajaan ini memiliki kemiripan dengan
pencarian tempat untuk untuk IKN sekarang. Pada akhirnya ditemukan sebuah
lokasi yang tepat. Lokasi baru IKN tersebut diharapkan penuh berkah, sehingga
masyarakatnya Makmur dan sejahtera.
Mulawarman yang bergelar Sri Mulawarma Nala Dewa adalah raja Kerajaan Kutai Martadipura, kerajaan Hindu pertama dan tertua di Indonesia. Ia memerintah ada abad ke-4 Masehi. Wilayah kekuasaan mencakup hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur.
Raja Mulawarnan dikenal
sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana. Pada
pemerintahannya rakyat kerajaan bisa hidup sejahtera dan makmur. Ia pernah
memberikan sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana yang tercatat dalam Yupa peninggalan kerajaan Kutai Martadipura.
Kata “Benua” adalah
istilah untuk kata negeri, kota atau kampung pada beberapa bahasa seperti
Benuaq, Bentiatn, Kutai, dan Tonyoi (Tunjung); Benuo dalam bahasa Dayak
Paser, Banua bahasa Banjar.
Dengan demikian nama Benua
Mulawarman memiliki akar keindonesiaan yang kuat. Nama “Mulawarman” sudah
diakui secara nasional dan kata “benua” mengetengahkan makna pluralitas etnik
di tanah air, khususnya di Kalimantan, tempat IKN baru dibangun.
Usulan nama gedung-gedung negara
Selain mengusulkan nama ibu kota negara, Kaum Luangaan juga menyampaikan ide tentang nama-nama gedung negara yang penting.
1.
Nama gedung DPR/MPR:
JAA RINUK
Kata “jaa” berarti gedung atau
rumah besar atau rumah panjang tempat berkumpul. Kata “rinuk” (kata benda), dari “berinuk” (kata kerja), berarti
berkumpul, bermusyawarah untuk mencapai suatu kesepakatan bersama. Nama Jaa
Rinuk menekankan falsafah musyawarah dan mufakat dalam demokrasi Indonesia.
Langit berarti Langit, balai artinya gedung, dan solaai artinya besar. Langit Balai Solaai merupakan tingkatan/level kedelapan dari susunan langit dan menjadi tempat Roh-roh Keadilan, yang terdiri dari: Tongkaaq gadikng-tongkaaq bulaau, ngitukng bulaau bataakng timakng ngitukng batuq terajuq, kuaakng penakaar boyaas, jokaatn penengkaratn bini. Ulutn Imaang pemekaat juruq pengetus.
Artinya:
Pengurus Adat / hakim adat yang pandai dan bijaksana, menguasai adat istiadat serta
mengadili perkara dengan jujur dan adil, semua keputusan selalu didasarkan atas
pertimbangan yang sangat matang, dapat dikatakan sebagai mantii' pengurus adat/ hakim adat yang sempurna.
Di dalam falsafah ini terkandung nilai keadilan,
pengetahuan, dan kebijaksanaan, yang juga menjadi menjadi nilai dasar bagi profesi
hakim. Nama Langit Balai Solaai akan menjadi pengingat sekaligus indentitas
bagi para pemutus keadilan.
4. Nama Gedung Mabes TNI AL: Jaa Pengelimaa' Tasik/Danum.
5. Nama Gedung Mabes TNI AU: Jaa Pengelimaa' Riwut.
6. Nama Gedung Mabes TNI AD: Jaa Pengelimaa' Tana.
Manuk Balang Bulau untuk nama istana negara 😁
BalasHapusBoleh juga tuh. Apakah itu berarti Burung Garuda?
HapusMudah-mudahan nanti sampai para pengambil kebijakan dan diadopsi salah satunya, paling tidak nama salah satu gedung² penting nantinya...
BalasHapus