Ayuk menyusuri Sungai Mahakam: Catatan perjalanan 6 jam dengan speedboat dari Samarinda ke Melak di Kutai Barat
![]() |
Ponton, tugboat dan conveyor (Foto: Maru-Maru) |
Sebelum ada jalan darat jalur satu-satunya ke pedalaman adalah melalui sungai Mahakam. Diperkirakan sejak abad ke-4 sudah ada perdagangan ke pedalaman. Sejarah mencatat bahwa pada abad tersebut telah berdiri Kerajaan Kutai Martapura yang didirikan oleh Kundungga. Kerajaan tersebut berkedudukan di Muara Kaman yang masih boleh disebut wilayah Mahakam Hilir.
Dapat dibayangkan pada waktu itu Sungai Mahakam bersuasana alami, dipinggir-pinggirnya penuh tetumbuhan dan hutan. Tidak ada mesin-mesin kapal, speedboat atau ketinting yang dapat bikin stress makhluk air di dalamnya. Mungkin juga masih ada buaya yang hidupnya tidak perlu bersaing dengan manusia.
Jalur cepat transportasi
Sungai Mahakam kali ini sangat berbeda dari abad ke-4, bahkan sangat berbeda dari 20 tahun lalu. Walaupun saya sudah ratusan kali menyusuri sungai raksasa itu sejak tahun 1976 (47 tahun lalu), kali ini saya memiliki misi khusus untuk mencatat apa ssaja yang terlihat sepanjang perjalanan dari Samarinda ke Melak di Kutai Barat.
Pada 12 Maret 2023 saya menumpang speedboat (perahu cepat) dari Samarinda menuju Melak. Di dalam speed ada dua pilihan tempat duduk, yaitu jok yang menghadap ke depan dan bangku berhadap-hadapan di bagian belakang. Saya memilih duduk di belakang karena wilayah pandang lebih luas, cocok buat saya yang ingin mengambil banyak video dan foto.
Speedboat sesuai dengan namanya memang cepat. Hanya diperlukan waktu sekitar 6 jam saja (sudah termasuk istirahat makan siang selama sekitar 1 jam) untuk sampai di tujuan. Ini lebih cepat pula dari jalur darat dengan mobil. Bandingkan dengan kapal kayu biasa yang makan waktu 17-20 jam. Pada 1970an malah sampai 35 jam. Sekarang perjalanan darat ditempuh selama 11 jam karena jalan rusak parah. Waktu kondisi jalan cukup baik dulu bisa juga 6 atau 7 jam.
Aktivitas ekonomi menonjol
Saya berhasil mengambil banyak footage video; sebagiannya sudah diunggah di Inside Borneo sebagai short video. Footage lainnya akan diterbitkan sebagai video utuh kisah perjalanan.
Dari semua yang saya amati, aktivitas ekonomi sangat menonjol. Hal itu sudah dapat dilihat sejak saya sampai di dermaga Mahakam Ilir di samarinda. Arahkan saja pandangan ke sungai, maka langsung terlihat barisan ponton-ponton (kapal tongkang) besar yang memuat batubara. Ponton-ponton tersebut ditarik dengan kapal kecil tug boat.
Pemandangan tersebut begitu dominan selama berkilo-kilo perjalanan selanjutnya, bahkan jauh sampai di dekat Melak. Sesungguhnya lebih ke hulu lagi masih ada beberapa perusahaan batubara. Namun ponton-ponton batubara paling banyak ditemukan di bagian ilir Mahakam sampai sekitar Kotabangun. Saya tidak menghitung jumlahnya, tetapi banyak sekali.
Aktivitas pertambangan batubara juga banyak sekali terlihat di pinggir Mahakam. Di tiap-tiap tempat pemuatan batubara ada menara conveyor yang menjulang di atas tepi sungai. Dari conveyor itulah batubara diangkut ke tepi sungai, lalu dituangkan ke dalam ponton.
Aktivitas penambangan dan penangkutan batubara itu membuat sungai Mahakam menjadi "hidup", ramai, dan penuh dinamika. Selain batubara masih ada kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya.
Di sekitar Loa Kulu ditemukan banyak keramba ikan. Begitu juga di daerah yang lebih di pedalaman seperti di Muara Muntai dan Penyinggahan. Aktivitas kapal angkutan barang dan manusia berupa kapal-kapal kayu juga merupakan aktivitas ekonomi penting, yang bahkan sudah berlangsung sejak dahulu kala.
Ada juga pengangkutan kayu industri, yaitu kayu-kayu eukaliptus yang dipanen dari Hutan Tanaman Industri (HTI). Sepertinya kayu juga ada yang sudah dioleh menjadi bubuk kayu. Tumpukannya terlihat di tepi sungai.
Di antara Samarinda dan Tenggarong banyak terlihat kapal-kapal pengeruk pasir. Itu bukanlah kapal canggih, melainkan kapal kecil sederhana yang terbuat dari kayu. Mereka menambang pasir dari dasar sungai untuk dijual sebagai material bangunan.
Desa-desa atau kota yang kecil yang sepanjang sungai Mahakam terlihat cukup besar, dilihat dari jumlah rumah, adalah Tenggarong, Sebulu, Muara Kaman, Kotabangun, Muara Muntai, Penyinggahan, Muara Pahu dan Melak.
Singkatnya, Sungai Mahakam adalah urat nadi perekonomian yang sangat penting di Kalimantan Timur.
Komentar
Posting Komentar