Kematian massal ikan-ikan di Australia hanya penampakan kecil dari puncak gunung es

Bangkai ikan di Sungai Darling
(Foto: channel103.com)
Media-media memberitakan kematian massal ikan di sungai Dariling, New South Wales, Australia. Kejadian itu diamati di dekat kota Menindee dan menimbulkan bau yang menyengat yang mengganggu penduduk setempat. 

Otoritas setempat menyatakan penyebab kematian massal tersebut adalah kurangnya kadar oksigen dalam air. Hal itu disebabkan oleh dua hal, yaitu surutnya air sesudah banjir yang baru saja melanda, disertai dengan suhu panas. Air yang sudah surut mudah menjadi panas. 

Tidak dijelaskan hubungan antara suhu panas dengan menipisnya oksigen di dalam air. Tetapi Benjamin Kay (huffpost.com) menjelaskan hal ini terkait dengan kematian massal ikan di California tahun 2014. Menurut Kay, air sungai atau danau yang panas tidak dapat mengikat orksigen seperti kalau airnya dingin. 

Jelas bahwa masalah ini sangat terkait dengan perubahan iklim yang sudah melanda berbagai bagian bumi ini. Ini sangat mencemaskan.

Kasus-kasus kematian massal makhluk air

Kasus ikan yang mati secara massal di Australia tersebut bukan yang pertama kalinya di dunia. Beberapa kasus sebelumnya pernah terjadi di sungai dan danau. Berikut beberapa di antaranya:  

Menurut Daily Mail (dailymail.co.uk) pada 2011 telah terjadi kematian jutaan ikan di Pantai Redondo, California. Penyebabnya diperkirakan juga karena kekurangan oksigen yang disebabkan oleh menjamurnya ganggang merah (fenomena red tide) yang menyebabkan ikan-ikan kekurangan oksigen atau keracunan.

Mei 2014: Kematian massal ikan-ikan, bahkan oktopus, terjadi di Marina Del Rey, California, Amerika Serikat. Jumlah ikan mati mencapai jutaan ekor.

Pada 2016 masalah kematian ikan terjadi sepanjang 48 km di Banana River, Florida, Amerika Serikat. Ikan-ikan yang mati itu meliputi 50 spesies ikan. Sebagaimana diberitakan wptv.com penyebab kematian tersebut adalah tumbuhnya jumlah ganggang (algae) yang sangat banyak sebagai akibat dari sistem septik dan pupuk yang digunakan di taman di Bervard County. Oksigen yang ada diserap oleh ganggang-ganggang tersbut, sehingga ikan mengalami kekurangan oksiden dan tidak dapat bernafas.

Pada 17 November 2016 Science Alert menulis berita tentang matinya ribuan ikan di New York Canal (sciencealert.com). Penyebab kematian tersebut adalah kekurangan oksidgen, namun bukan karena faktor cuaca, melainkan karena ikan-ikan tidak dapat keluar dari kanal yang tertutup. Ikan-ikan itu melarikan diri dari bluefish, predator yang ganas dan cepat. Pada malam hari pintu kanal ditutup dan mereka terjebak di sana, tidak bisa keluar. Kondisi itu menyebabkan kekurangan oksigen untuk  jumlah ikan yang besar. 

Pada 2018 diberitakan puluhan ribu hewan laut (ikan, penyu, ikan paus, dll) mati terdampar di pantai Florida. Penyebabnya adalah red tide (gelombang merah, ganggang) yang mengandung racun. 

Lalu pada Februari 2021 terjadi kematian ikan dalam jumlah besar di sepanjang pantai Texas, Amerika Serikat. Kebalikan dari hawa panas, makhluk-makhluk air tersebut mati karena hawa dingin ekstrim. Tiga dekade sebelumnya di Brownsville (juga Texas) 11 juta ikan mati karena suhu dingin mencapai -8 derajat Celcius. Hawa dingin terjadi lagi tahun 2018 di Texas, namun tidak menimbulkan banyak kematian makhuk air (portisabelsouthpadre.com).

Zona mati pantai dan laut

Jurnal ilmiah Science pada 2018 menerbitkan hasil penelitian yang menunjukkan sejak 1950 telah terjadi peningkatan jumlah zona mati (dead zone) di laut dan pantai di seluruh dunia. Dalam artikel berjudul "Declining oxygen in the global ocean and coastal waters" dijelaskan bagaimana laut sudah mengalami deoksigenasi. 

Zona mati di laut dan pantai dunia (Foto: Science).
Dari upaya yang dilakukan di Amerika Serikat (Chesapeake Bay) dan Inggris (Sungai Thames) diketahui bahwa masalah itu bisa diatasi dengan perbaikan sistem pembuangan air limbah dan pertanian yang baik. Namun sayangnya, masalah itu belum menjadi perhatian utama dari pemerintah di dunia. 

The Guardian (4 Juni 2018) melaporkan bahwa terdapat 500 zona mati. Pada 1950 hanya terdapat 50 zona mati. Artinya, terdapat kenaikan sebesar 900% atau 9 kali lipat dalam kurun waktu 70 tahun. 

400 danau dalam bahaya

The Guardian pada 2 Juni 2021 merilis tulisan tentang bahaya yang dihadapi danau-danau di dunia. Ada 400 danau yang diteliti oleh para ahli. Tingkat kandungan oksigen di air dalam sebanyak 19% dan di permukaan sebesar 5%. Penurunan berkisar 3-9 kali lipat dalam 40 tahun lalu.

Penyebab utama masalah tersebut tak lain adalah pemanasan global. Air yang lebih hangat tidak dapat menyimpan banyak oksigen. Suhu panas, terutama pada musim panas, menyebabkan permukaan danau menjadi panas dan kurang padat dibanding dengan air di bawahnya, sehingga keduanya sulit bercampur.  Akibatnya suplai oksigen ke bagian dalam juga berkurang.

Bagaimana dengan danau-danau di Indonesia? Sambil menunggu dan mencari informasi, kita harus waspada juga. Infomasi yang sudah kita lihat menunjukkan adanya masalah yang lebih besar yang mengancam dunia, terimasuk kita di Indonesia, yaitu pemanasan global. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Etnografi Borneo: Membangun Pemahaman tentang Keberagaman Kalimantan

Argumen antropologis pentingnya warga Balik dan Paser di IKN tetap hidup berkomunitas

IKN benar-benar inklusif? Ultimatum pembongkaran rumah warga asli indikasi ada yang akan disingkirkan

Speedboat ke pedalaman Mahakam

Speedboat ke pedalaman Mahakam
Martinus Nanang di dermaga Samarinda Ilir