Puasa Katolik sedunia selama 40 hari: Retret Agung untuk lebih mengenal diri dan mensyukuri kasih Allah

Ilustrasi (Foto: Pyxabay).
Tanggal 22 Februari 2023 adalah Hari Rabu Abu, saat umat Katolik sedunia memulai masa Pra-Paska selama 40 hari. Masa Pra-Paska disebut juga "masa puasa", karena digunakan secara khusus untuk berpuasa dan berpantang. 

Masa Pra-paska juga disebut "Retret Agung". Dalam pengertian sederhana "retret" (retreat) adalah menarik diri dari kebiasaan, rutinitas, dan lingkungan sehari-hari. Dalam retret agung 40 hari umat kristiani mengalihkan fokus kepada misteri penyelamatan Allah, mensyukuri kasih-Nya, dan bertobat.

"Masa pertobatan" adalah istilah lain lagi untuk masa Pra-Paska. Bertobat adalah kewajiban (bukan pilihan) bagi umat Katolik. Bagaimana melakukan laku tobat? Hal itu terlihat dalam ketentuan tentang puasa dan pantang.

Ketentuan tentang puasa dan pantang

Wujud pertobatan dilakukan dengan cara berpuasa dan berpantang. Dalam Surat Gembala Pra-Paska dari Uskup Keuskupan Agung Samarinda, disebutkan bahwa puasa wajib ada 2 kali, yaitu pada Rabu Abu 22 Februari 2023 dan Jumat Agung 7 April 2023. Berpuasa artinya hanya makan kenyang satu kali sehari. Menurut Hukum Gereja yang wajib berpuasa adalah orang yang sudah genap berumur 16-60 tahun.

Pantang berarti tidak makan makanan yang sudah ditetapkan. Pantang wajib ada 7 kali, terdiri dari Rabu Abu 22 Februari dan 6 hari Jumat selama masa Prapaska. Umat bisa memilih satu atau lebih dari opsi berikut: daging, rokoh, dan garam. Menurut Hukum Gereja pantang diwajibkan bagi orang yang sudah berusia 14 tahun.

Kewajiban puasa dan pantang itu cukup ringan. Maka Gereja memberi anjuran kepada umat untuk menetapkan sendiri bentuk pantang dan puasanya yang lebih berat, yang penting merupakan ungkapan pertobatan yang sungguh-sungguh. Misalnya, tidak makan sepanjang hari, tidak merokok setiap hari, dll.

Pesan khusus Uskup Keuskupan Agung Samarinda

Surat Gembala Pra-paska Uskup Agung, Mgr. Yustinus Harjosusanto, MSF, memuat empat poin penting yang perlu diketahui Umat Katolik. 

Pertama, bertobat adalah kewajiban. Di dalam pertobatan umat makin mengenal dirinya dan hubungannya dengan Allah. "Buah nyata yang diharapkan adalah perkembangan dalam kasih kepada Allah dan sesama."

Kedua, umat berhadapan dengan perubahan sosial yang cepat. Untuk itu umat harus menyiapkan diri supaya mampu beradaptasi dengan hal-hal baru; pada saat yang sama tidak kehilangan jati diri sebagai orang beriman. 

Ketiga, kehadiran Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. Di satu sisi IKN bisa menjadi berkat. Di sisi lain IKN tidak otomatis memberi manfaat bagi setiap orang. Agar manfaat IKN dirasakan umat perlu membekali diri dengan keahlian dan keterampilan.

Keempat, perkembangan di dunia global menunjukkan kemungkinan terjadinya krisis pangan global, yang tentu akan berimbas ke Indonesia. Umat harus menyiapkan diri untuk itu, antara lain dengan menanam tanaman pangan di lahan yang mereka miliki.

Selamat berpuasa dan berkembang dalam kasih. 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Etnografi Borneo: Membangun Pemahaman tentang Keberagaman Kalimantan

Argumen antropologis pentingnya warga Balik dan Paser di IKN tetap hidup berkomunitas

IKN benar-benar inklusif? Ultimatum pembongkaran rumah warga asli indikasi ada yang akan disingkirkan

Speedboat ke pedalaman Mahakam

Speedboat ke pedalaman Mahakam
Martinus Nanang di dermaga Samarinda Ilir