Hari ke-40 Kematian Mahsa Amini Korban Polisi Moral: Protes Massa di Iran Tetap Panas

Ribuan orang melanjutkan demo protes di makam Mahsa Amini di kota kelahirannya, Saqqez, untuk memperingati hari kematiannya yang ke-40. Media Australia (abc.net.au 27 Oktober 2022) menyebut 10.000 orang mendatangi makam Amini. Polisi kemudian melakukan tembakan peluru dan gas air mata untuk membubarkan kerumunan; banyak orang ditangkap. 

Demo anti rezim teokratis (scmp.com)
Mahsa Amini adalah gadis Iran dari suku Kurdi yang meninggal di tahanan polisi moral Iran. Dia ditangkap karena dianggap memakai hijab secara longgar. Amini wafat pada 16 September 2022 setelah 3 hari koma.

Kematian Amini menimbulkan gelombang protes besar di seluruh Iran. Protes berlanjut sampai hari ke-40. Perempuan-perempuan melepas dan membakar hijab di depan publik sebagai protes terhadap kewajiban berhijab yang ketat. 

Demo protes itu menimbulkan korban ratusan nyawa. Angkanya tidak jelas karena Pemerintah Iran menutup akses ke informasi. Pemerintah sendiri menyebut 41 orang meninggal. Namun kelompok HakAzasi Manusia Iran (organisasi yang berbasis di Norwegia) menyatakan jumlah orang yang meninggal adalah 154 (VOA Oktober 2022). 

Ledakan Emosi yang Tertahan Lama

Ketidaksenangan terhadap rezim teokratis Iran sudah berlangsung lama. Rezim teokratis sendiri sudah berkuasa selama 43 tahun sejak jatuhnya kedudukan Shan Iran pada 1979, yang ditandai dengan kembali dan berkuasanya pemimpin spiritual Ayatullah Ruhollah Komeini. 

Media ini pada 22 Agustus telah mengeluarkan tulisan tentang orang-orang marah yang menjadikan para ulama sebagai sasaran kemarahan. Gejala-gejala kemarahan massa sudah berlangsung selama satu dekade belakangan.

Ibarat letusan gunung berapi, kemarahan massa meletus begitu dahsyat di Iran. Energi kemarahan yang lama terpendam akhirnya menemukan momentum untuk meletus. 

Rezim seolah tidak mengerti tentang kemarahan itu. Sebaliknya pejabat-pejabat Iran menuduh pemerintah Barat telah campur tangan dalam urusan internal Iran dan memantik kekacauan (Middle East Monitor, 26 Oktober 2022). 

Warga Negara Kelas Dua

Simpati terhadap Mahsa Amini meluas sampai di luar negeri. Ekspatriat Iran menyebut Amini memikul beban ganda, sebagai perempuan dan sebagai orang Kurdi. 

Pakar Perserikatan Bangsa-bangsa, Javaid Rehman, yang juga special rapporteur tentang hak azasi di Iran, menyatakan di Iran perempuan adalah warga kelas dua. Indikasinya adalah dibolehkannya secara hukum anak perempuan di bawah umum untuk menikah (www.ohchr.org, 8 Maret 2021). 

Campur tangan rezim terhadap kehidupan pribadi, khususnya penggunaan hijab, juga dirasakan sebagai beban. Membakar hijab kemudian menjadi ekspresi kemarahan di muka umum.  

Sebagai orang Kurdi, bebannya adalah kedudukan sosial orang Kurdi di masyarakat Iran yang dianggap sebagai warga kelas dua. 

Pelajaran untuk Fundamentalis Agama

Diperkirakan gelombang protes terkait kematian Amini tidak akan berhenti begitu saja. Ada keadaan kultural dan sosial yang membuat api kemarahan massa tidak begitu saja bisa padam atau dipadamkan.

Sebuah media (rasanah-iiis.org) menyebut bahwa protes tersebut tidak mendapat dukungan nyata dari tokoh-tokoh reformis Iran. Tidak jelas apakah mereka mendukung diam-diam. Namun fakta minimnya dukungan tokoh menunjukkan meluasnya emosi kolektif di negeri itu.

Di Indonesia kaum fundamentalis agama mencoba membangun masyarakat teokratis ala Iran dengan penafsiran Islam yang sempit. Tidak diharapkan Indonesia akan menjadi seperti itu. Tetapi jika itu terjadi bersiap-siaplah rezimnya nanti akan berhadapan dengan massa yang marah. 

Manusia pada kodratnya adalah makhluk bebas. Setiap represi akan membangkitkan perlawanan.    





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Etnografi Borneo: Membangun Pemahaman tentang Keberagaman Kalimantan

Argumen antropologis pentingnya warga Balik dan Paser di IKN tetap hidup berkomunitas

IKN benar-benar inklusif? Ultimatum pembongkaran rumah warga asli indikasi ada yang akan disingkirkan

Speedboat ke pedalaman Mahakam

Speedboat ke pedalaman Mahakam
Martinus Nanang di dermaga Samarinda Ilir