Rezim kekuasaan teokratis bikin frustrasi, ulama-ulama menjadi sasaran serangan warga di Iran

Credit: www.rferl.org
Dalam bulan-bulan belakangan penyerangan terhadap tokoh agama (ulama, clerics) di Iran meningkat dan menimbulkan korban jiwa. Perkembangan apa yang sebenarnya sedang bergerak? Mengapa terjadi demikian?

Insiden-insiden

Arabnews.com yang mengutip Radio Farda mengatakan dalam dekade terakhir puluhan ulama telah diserang; tiga meninggal dan 2 dicopot matanya. Belakangan serangan juga menyasar ulama tingkat bawah yang coba menegakkan aturan agama yang ketat alam kehidupan publik.

Di kota suci Qom (kota yang melahirkan banyak mullah) seorang perempuan menyerang seorang imam dan menginjak-injak turbannya. Perempuan itu mengamuk karena si ulama menegurnya soal hijab. Komentar media terhadap video penyerangan itu menunjukkan full symphaty kepada si perempuan.

Ifmat.org menulis, pada Juni seorang pembantu Ayatullah Ali Khamenei diserang di Isfahan bulan Juni. Awal Juli terjadi lagi serangan di Isfahan, dan pada 28 Juli percobaan pembunuhan dialami seorang ulama muda di Karaj.

Komentar-komentar

Tidak semua ulama menjadi sasaran. Mereka yang disasar adalah yang menjadi bagian dari rezim pemerintah yang berkuasa. Kekuasaan teokratis sudah ditancapkan di Iran sejak 1979, di mana kekuasaan sekuler Shah diganti oleh pemimpin tertinggi Shiah bernama Ayatullah Ruhollah Khomeini.

Credit: Arabnews.com

Menurut Abolfazi Najafi-Tehrani, seorang ulama oposisi di Tehran, ada tiga alasan ulama-ulama dibenci banyak warga Iran: kinerja rendah, campur tangan terlalu jauh dalam kehidupan sehari-hari warga, dan kegagalan dalam merespon kebutuhan masyarakat modern.

Najafi-Tehrani menyatakan: "Mereka menuntut penarikan ulama dan campur tangan agama dan perwakilan agama dalam urusan negara." Dia menambahkan, "43 tahun sesudah revolusi, ketidakefisienan sistem pemerintahan dan struktur berbasis agama sudah terbukti di mata rakyat" (rferl.org).

Bahkan alokasi dana negara dirasa terlalu banyak  untuk sekolah dan perguruan tinggi agama; tanpa memperhatikan beratnya beban ekonomi. Ekonomi Iran memang menanggung beban berat, akibat dari sanksi ekonomi dari Amerika Serikat.

Ulama-ulama tidak pernah menyentuh isu ketidak-adilan, ketimpangan, keputusan yang salah, dan kekerasan terhadap rakyat (rferl.org). 

Ulama mulai resah

Pemimpin spiritual tertinggi Ayatollah Ali Khamenei memuji meningkatnya kesetiaan rakyat Iran kepada ideologi teokratis negara sejak revolusi tahun 1979. Itu terbukti, katanya, dari kehadiran jutaan orang pada pemakaman Jenderal Qasem Soleimani yang mati dibutuh oleh Amerika. 

Tetapi fakta di lapangan berkata lain, para ulama establishment menjadi taget kebencian yang terus meningkat. Protes di seluruh negeri membuktikan bahwa warga Iran "Menuntut penarikan para imam dan non-intervensi perwakilan agama di dalam urusan negara", ujar Najafi-Tehrani.

Ulama-ulama pro-kekuasaan patut resah. Banyak dari mereka pun tidak berani mengenakan pakaian khas di muka umum untuk menghindari kemungkinan diserang secara fisik. 

"Kekuasaan Tuhan" pun akan ditantang oleh manusia mana kala kekuasaan itu tidak berpihak pada kepentingan dan kebaikan hidup manusia. 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Etnografi Borneo: Membangun Pemahaman tentang Keberagaman Kalimantan

Argumen antropologis pentingnya warga Balik dan Paser di IKN tetap hidup berkomunitas

IKN benar-benar inklusif? Ultimatum pembongkaran rumah warga asli indikasi ada yang akan disingkirkan

Speedboat ke pedalaman Mahakam

Speedboat ke pedalaman Mahakam
Martinus Nanang di dermaga Samarinda Ilir