Kisah "kiamat" dan munculnya dua danau indah di pedalaman Kalimantan

Di Kutai Barat (Kaltim) ada dua danau yang hampir sama besar dan indahnya. Menurut cerita rakyat turun temurun kedua danau itu terbentuk pada waktu yang sama dan karena sebab yang sama, yaitu terjadinya "elit" (bahasa Dayak Benuaq). Perbuatan manusia yang melawan tradisi akan menimbulkan kutuk, seperti manusia menjadi patung, rumah menjadi danau, dan seterunya.

Kedua danau itu adalah Danau Aco di Kampung Linggang Melapeh dan Danau Beluq (bunyi ucapan u agak panjang: beluu') di Kampung Dempar. Jarak keduanya jauh, namun ceritanya berkaitan. 

Danau Aco (Foto: Maru-Maru)

Terbentuknya Danau Aco dan Danau Beluq menurut Cerita Rakyat

Ada beberapa versi cerita yang beredar di masyarakat; namun intinya sama. Yacob Tullur menceritakan kembali sebuah versi cerita rakyat sebagai berikut.

Secara garis besar dongeng, penghuni lou (lamin; rumah panjang) di gunung Beluq pergi ke acara beliatn (belian; ritual penyembuhan) di Lamin Gunung Aco, karena masih ada hubungan kekerabatan.

Pada saat acara beliatn sedang bekawaat (puncak ritual dengan musik yang lebih cepat dan dinamis), tamu dari Lou Beluq ikut membantu memukul gendang. Rupanya rotan alat memukul gendang, mungkin patah atau tidak ada yg lain. Terlihatlah di dinding ada sepotong ekor monyet hitam (lutung; buus). Maka diambilah ekor monyet itu untuk memukul gendang.

Seketika itu juga turun hujan lebat  disertai kilat dan petir yg luar biasa. Lamin Gunung Aco mulai runtuh dan semua orang yang hadir di acara beliatn itu lari. Tamu dari Lou Beluq tadi juga pergi dan pulang ke Lou Beluq. Tetapi hujan petir mengejarnya dan demikianlah Lou Beluq pun hancur berantakan dan tenggelam beserta penghuninya menjadi danau. 

Demikianlah kedua lamin berubah menjadi danau. Di masyarakat beredar pula cerita bawah jika air di danau Beluq meluap atau surut demikian pula air Danau Aco secara bersamaan. Ada pula orang yang meyakini ada lorong bawah tanah yang menghubungkan Danau Beluq dengan Danau Aco, sesuai rute perjalanan lari  pulang dari aco ke Beluq. 

Danau Aco dan Danau Beluq Sekarang

Danau Aco dan Danau Beluq terjadi karena kutukan atas perbuatan yang melawan tradisi atau norma adat. Hal-hal yang mistik menyertai kisahnya. Tapi kini kedua danau itu telah menjadi surga yang indah bagi pengunjung/wisatawan. 

Danau Aco di Linggang Melapeh terletak di daerah perbukitan. Akses jalannya bagus. Danaunya sendiri sebagian besar bersih. Namun ada sedikit tutupan gulma. Suasananya sejuk dan tenang; nyaman untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan konsentrasi atau untuk sekedar relaks dan menghindar dari kebisingan kota. Sekeliling danau adalah hutan yang menimbulkan perasaan adem, sejuk, tentram. Tidak jelas apakah ada track untuk berjalan kaki keliling danau. Untuk memasuki danau ada perahu-perahu yang bisa disewa. 

Danau Beluq
Danau Beluq terletak di pinggir jalan, sedikit di luar kampung Dempar, ibu kota Kecamatan Nyuatan.  Ketika Maru-Maru berkunjung ke sana pada 27 Juni 2022, danau itu sudah bersih. Beberapa tahun lalu danau itu pernuh dengan gulma, sampai permukaan airnya nyaris tidak terlihat. 

Setelah bersih barulah danau ini menampakkan keindahannya. Sayangnya, fasilitas wisata masih minim. Untuk membuat suasana lebih indah lagi, danau itu perlu dibenahi dan dilindungi, khususnya perlu dibuatkan taman dan hutan di sekeliling danau, larangan membuang limbah ke sungai (termasuk limbah dari rumah yang terletak di lereng), dan penyediaan fasilitas perahu.

Worth it sekali untuk mengunjungi kedua danau itu. Jika jalan menuju Kutai Barat sudah bagus, maka dari IKN Nusantara hanya diperlukan waktu kurang dari 8 jam ke sana. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Etnografi Borneo: Membangun Pemahaman tentang Keberagaman Kalimantan

Argumen antropologis pentingnya warga Balik dan Paser di IKN tetap hidup berkomunitas

IKN benar-benar inklusif? Ultimatum pembongkaran rumah warga asli indikasi ada yang akan disingkirkan

Speedboat ke pedalaman Mahakam

Speedboat ke pedalaman Mahakam
Martinus Nanang di dermaga Samarinda Ilir