Shireen Abu Akleh, Jurnalis Kristen "Sang Pahlawan Suara" untuk perjuangan Palestina

Shireen AA (Foto: Aljazeera)
Jurnalis TV Aljazeera mati ditembak di daerah Jenin Tepi Barat, saat menjalankan tugas jurnalistik pada 11 Mei 2022. Sebab kematian masih kontroversial. Pendapat umum mengatakan bahwa Shireen ditembak pasukan keamanan Israel; sementara Israel menyatakan Shireen ditembak orang Palestina sendiri.

Terlepas dari siapa yang membunuh Shireen, yang jelas dia telah wafat dan kematiannya ditangisi ribuan orang Palestina. Peti jenazahnya ditutupi dengan bendera Palestina dan upacara pemakanan dilakukan di kompleks markas pemerintahan Palestina di Ramallah (Aljazeera). 

Shireen adalah "Sang Suara". Rekannya menyebutnya "The Voice". Dia berjuang dengan suara, dengan tulisan. Dia tidak mengangkat senjata, namun mati oleh senjata. 

Ada juga yang menjulukinya "the real journalist" (wartawan tulen), professor of journalism (guru besar jurnalisme). Christine Rinawi, temannya dari TV Palestina menyebutnya sebagai martir. Kemartirannya terus memberi suara dan kesaksian, sama seperti seluruh hidupnya sebagai jurnalis. 


Shireen lahir dari keluarga Arab-Kristen di Bethlehem pada 3 Januari 1997. Pernah belajar arsitektur di Yordania, tapi akhirnya lebih menekuni ilmu jurnalistik setelah tamat dari Yarmouk University di Yordania. Dia pernah tinggal di Amerika dan mendapatkan kewarganegaraan Amerika juga. 

Karir jurnalistik selama 25 tahun, sejak 1997, bersama Aljazeera, membuat namanya makin dikenal, dan mungkin makin dibenci juga karena suara-suara pembelaannya bagi rakyat Palestina.

Rest in Peace... requiescat in pace, Shireen! Semoga diterima dalam kerahiman Tuhan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Etnografi Borneo: Membangun Pemahaman tentang Keberagaman Kalimantan

Argumen antropologis pentingnya warga Balik dan Paser di IKN tetap hidup berkomunitas

IKN benar-benar inklusif? Ultimatum pembongkaran rumah warga asli indikasi ada yang akan disingkirkan

Speedboat ke pedalaman Mahakam

Speedboat ke pedalaman Mahakam
Martinus Nanang di dermaga Samarinda Ilir