Kuingat kata Buya: "Di tangan manusia tuna adab dan sesak dada medsos dijadikan sarana untuk mengumbar kebencian... "
![]() |
Buya Syafii |
Saya tidak mengenal secara mendalam tokoh Muhammadiyah yang bernama Buya Syafii Maarif. Tetapi saya menaruh respek yang mendalam dan mengagumi beliau sebagai seorang tokoh nasional yang menguasai diri dan bijaksana.
Ada beberapa petunjuk ke arah itu. Pertama dalam konteks keindonesiaan, yaitu konteks masyarakat yang pluralis, Buya Syafii Maarif menempatkan dirinya sebagai seorang pluralis. Itu terlihat dari Maarif Institute (berdiri tahun 2002) yang bertujuan untuk membahas isu-isu demokrasi, pluralitas, dan dialog antar agama. Beliau juga bahkan menjadi anggota dewan pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila pada tahun 2017.
Kedua, Buya Syafii Maarif itu kalau berbicara suaranya meneduhkan, tidak ada ambisi untuk kelihatan hebat. Hanya orang yang rendah hati bisa begitu. Jadi dia tidak bikin heboh, tidak bikin marah-marah, tapi bikin kita berpikir: "Oh iya ya..."
Mungkin begitulah cara Buaya menunjukkan kekritisannya. Salah satu yang menarik adalah ringkasan pernyataannya dalam merdeka.com (12/12/2020): "Muslim yang non Arab itu pada umumnya tidak mampu mempelajari ajaran Islam dari sumber aslinya dalam bahasa Arab. Maka ketergantungan rumusan Islam dalam membungkus arabisme itu tidak dapat dielakkan lagi." Arabisme adalah konsekuensi logis dari kondisi Indonesia.
Masih dari sumber yang sama (merdeka.com) Buya mengatakan, kalau mau jadi aktivis itu orang harus menjunjung tinggi nilai-nilai; saya yakin yang dimaksud adalah nilai-nilai luhur kemanusiaan dan budaya bangsa.
Sedangkan mengenai fenomena media sosial (Medsos) beliau bilang, jaman medsos adalah "jaman yang penuh dengan kegaduhan dan hura-hura." Tentu saja diakuinya ada positifnya medsos itu jika digunakan oleh manusia yang beradab dan lapang dada. "Di tangan manusia tuna adab dan sesak dada medsos dijadikan sarana untuk mengumbar kebencian sakit hati dan dendam kesumat” (Merdeka.com, 12/12/2020).
Saya bisa melihat bagaimana besarnya jiwa seorang Buya Syafii Maarif. Beliau adalah seorang tokoh yang bijaksana. Selamat jalan Buya. Semoga lahir lagi buya-buya sekaliber Buya Syafii Maarif.
Komentar
Posting Komentar