Postingan

Featured Post

Sunyi di Tengah Keramaian: Nihilisme dan Krisis Makna Generasi Kini

Gambar
Halo, Sobat Blog! Pernahkah kamu duduk termenung, menatap layar ponsel, atau bahkan di tengah keramaian teman-teman, lalu tiba-tiba sebuah pertanyaan muncul di benakmu: "Untuk apa sih semua ini? Apa gunanya belajar keras, bekerja mati-matian, atau mengejar impian, kalau pada akhirnya semua akan berakhir juga?" Jika pertanyaan itu pernah terlintas di pikiranmu, jangan khawatir. Kamu tidak sendirian. Fenomena ini, yang seringkali terasa personal dan soliter, ternyata memiliki nama: nihilisme . Dan yang lebih menarik lagi, nihilisme bukan lagi sekadar konsep filosofis berat yang hanya dibahas di bangku kuliah, melainkan telah meresap ke dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan generasi Milenial dan Gen Z . Artikel ini akan mengajakmu untuk menyelami apa itu nihilisme, mengapa ia begitu relevan di era kita saat ini, dan yang terpenting, bagaimana kita bisa menghadapinya agar hidup tidak berakhir dengan perasaan hampa. Yuk, kita mulai! Apa Sih Sebenarnya Nihilisme I...

Ketika Afrika Mengubah Narasi Iklim Dunia: Deklarasi Africa Climate Summit 2025

Gambar
Pada tahun 2023, dunia menyaksikan lahirnya Nairobi Declaration dalam Africa Climate Summit pertama (ACS1). Deklarasi itu adalah seruan lantang dari benua yang selama ini menjadi korban perubahan iklim, namun jarang diberi ruang dalam pengambilan keputusan global. Dua tahun kemudian (8-10 September 2025), pada ACS2 di Addis Ababa, Afrika tidak lagi berbicara sebagai korban. Ia berbicara sebagai pemimpin. Addis Ababa Declaration yang diadopsi pada September 2025 bukan sekadar kelanjutan dari Nairobi. Ia adalah pergeseran paradigma. Ia menandai transisi dari narasi penderitaan menuju narasi kepemimpinan. Afrika tidak lagi menunggu untuk diselamatkan. Afrika sedang memimpin perubahan. Perbandingan Naratif: Dari Seruan ke Kepemimpinan Mari kita bandingkan dengan lebih rinci isi deklrasi Nairobi 2023 dan Deklarasi Adis Ababa 2025 tersebut. Nairobi Declaration (ACS1, 2023) Deklarasi Nairobi menekankan empat poin sebagai berikut: Ketimpangan historis dalam kontribusi dan dampak p...

Ketika “Kemenangan” Bukan Soal Menang: Strategi Narasi Kemenangan Iran ala Khamenei

Gambar
"Saya merasa perlu untuk menyampaikan beberapa ucapan selamat kepada bangsa Iran yang besar: Pertama, selamat atas kemenangan atas rezim Zionis palsu. Dengan segala hiruk-pikuk itu, dengan semua klaim tersebut, rezim Zionis, di bawah pukulan Republik Islam, hampir runtuh dan hancur" (Ayatullah Ali Khamenei, Jerusalem Post, 26 Juni 2025). Kemenangan yang aneh Itulah pernyataan resmi Khamenei menyambut “kemenangan meyakinkan” (decisive victory)  Iran atas Israel dalam perang 12 hari yang baru saja berakhir. Di jalan-jalan Tehran kita menyaksikan perayaan kemenangan yang ramai. Menyaksikan melalui saluran-saluran TV internasional dan media-media independen logika lurus kita tentu akan bertanya: Kok Iran menang? Bukankah fakta menunjukkan kebalikannya? Pertanyaan itu muncul dari fakta bahwa Iran sebenarnya babak beluk dihantam bom-bom Israel. Israel menguasai udara dan sejak hari pertama tak ada pertahanan udara Iran yang bisa menghalau jet-jet tempur Israel. Jenderal-jendera...

Laut Berteriak, Ini Jawaban dari Konferensi Kelautan di Nice 2025

Gambar
Lautan kita sedang berteriak minta tolong. Dari tumpukan 11 juta ton plastik yang mencekik kehidupan laut setiap tahun, stok ikan yang menipis hingga 90%, hingga terumbu karang yang memutih akibat pemanasan global. Krisis ini bukan lagi sekadar data di laporan ilmiah, melainkan ancaman nyata bagi pangan, iklim, dan kelangsungan hidup miliaran manusia. Menjawab panggilan darurat ini, para pemimpin dunia, ilmuwan, aktivis, dan pelaku industri berkumpul di Nice, Prancis, untuk Konferensi Kelautan PBB (9-13 Juni 2025). Tujuannya bukan sekadar berdiskusi, tetapi memetakan jalan keluar dari krisis. Setelah bertahun-tahun janji yang tak kunjung terwujud, apakah konferensi ini mampu memberikan hasil nyata? Berikut adalah poin-poin kunci yang lahir dari pertemuan penting di pesisir Mediterania ini. 1. Deklarasi Nice: Janji Politik untuk Aksi Bersama Konferensi ini tidak menghasilkan perjanjian yang mengikat secara hukum, tetapi melahirkan Deklarasi Nice . Ini adalah sebuah komitmen poli...

Gaza Hancur Lebur, Kenapa Hamas Ngotot Tidak Mau Menyerah?

Gambar
Konflik Israel-Palestina telah berlangsung puluhan tahun, tetapi intensitasnya semakin memanas dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah: Mengapa Hamas tetap bersikeras melanjutkan perlawanan, meskipun rakyat Palestina di Tepi Barat dan Gaza menderita luar biasa?  Potret Pilu: Ketika Hidup jadi Taruhan Harian Sejak eskalasi kekerasan Oktober 2023, Gaza telah berubah menjadi ladang penderitaan. Serangan udara Israel yang menghancurkan, blokade total, dan krisis kemanusiaan yang parah telah membuat 2,3 juta warga Gaza terjebak dalam lingkaran kesengsaraan. Berikut gambaran penderitaan mereka. Gambaran ini mungkin tidak akurat karena tidak dapat diverifikasi   karena adanya pembatasan-pembatasan akses oleh Israel. Credit: Pixabay Pertama, Korban Jiwa yang Terus Berjatuhan:  Sampai Mei 2025 sekitar 45-50 ribu orang tewas (70% perempuan dan anak-anak) menurut PBB, dengan ribuan lainnya terkubur di reruntuhan (UN OCHA, Mei 2025). ...

“Living Museum” dan Kekerasan Simbolik bagi Suku Asli di Ibu Kota Nusantara

Gambar
Ketika Ibu Kota Nusantara (IKN) digagas sebagai simbol masa depan Indonesia, narasi yang diangkat adalah tentang kemajuan, keberlanjutan, dan harmoni antara manusia dan alam. Namun di balik retorika hijau dan modernitas itu, ada suara-suara yang terancam tenggelam: suara masyarakat adat, termasuk suku Balik, yang telah lama tinggal dan menjaga tanah itu jauh sebelum ide IKN lahir. Niat baik OIKN Suara suku Balik itu telah sampai ke telinga Badan Otorita IKN (OIKN). Sebagai respon dan dengan niat luhur dicanangkanlah sebuah museum hidup (living museum) bagi orang Balik. Dari laporan iknpos.id 2 Juli 2024 Deputi Sosial, Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat OIKN, Bapak Alimuddin, mengatakan, “Wilayah Paser Balik akan kita jadikan living museum .” Lebih lanjut, “Pembangunan ibu kota baru bagi NKRI di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dipastikan akan seiring dan sejalan dengan kehidupan sosial warga lokal.” Pada halaman berita yang sama dikatakan bahwa Tokoh suku Bali...

Indeks Perdamaian Global 2024: Dunia makin kurang damai lagi

Gambar
Global Peace Index (GPI) 2024 menunjukkan penurunan rata-rata tingkat keamanan global sebesar 0.56%. Ini adalah penurunan ke-12 dalam 16 tahun terakhir, dengan 97 negara mengalami penurunan keamanan dan 65 negara meningkat. Islandia tetap sebagai negara paling damai di dunia, diikuti oleh Irlandia, Austria, Selandia Baru, dan Singapura. Sementara itu, Yemen menjadi negara yang paling tidak damai, diikuti oleh Sudan, Sudan Selatan, Afghanistan, dan Ukraina. Pen urunan ini disebabkan oleh meningkatnya konflik bersenjata di beberapa wilayah, ketegangan geopolitik yang terus berlanjut, dan dampak krisis ekonomi global yang memperburuk stabilitas sosial di banyak negara. Konflik di kawasan seperti Eropa Timur, Timur Tengah, dan Afrika Sub-Sahara menjadi penyumbang utama memburuknya indeks. Konflik Geopolitik yang Berkelanjutan Konflik Rusia-Ukraina masih menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi skor perdamaian global. Konflik ini tidak hanya menyebabkan ketidakstabilan di kawasan E...

Speedboat ke pedalaman Mahakam

Speedboat ke pedalaman Mahakam
Martinus Nanang di dermaga Samarinda Ilir